Wednesday, November 30, 2011

Di Ujung Pecahan Gelas

Bunga yang kau kirim masih merah
sewarna dengan hati yang selalu merekah
altar sudah menunggu kita, sayang
satu janji hingga akhir nyawa

Dalam seribu kesibukan, tak pernah lengah sebuah prioritas
mencari celah untuk jeda
seperti perjalanan ini, suatu jeda yang sengaja dibuat
menghayal dapat mencumbumu sesegera mungkin
meledek waktu yang selama ini seperti mengejek kita
berkasih saja harus melalui sebuah layar
rindu sudah menjadi kebiasaan

Semua dituntaskan, sayang
aku mendekatkan jarak
sedekat tangan-tangan kita yang akan berpelukan erat
kini langkah menuju ragamu semakin dekat
sedekat hari kita disatukan Tuhan
ratusan kilometer kubuat hingga satu meter
dalam detik ini..

Gelas ini telah kupecahkan, sayang
ujungnya sudah menyatu dengan pori-pori di lehermu
sesenti lagi menembus kulitmu
membebaskan darah-darah segar yang terlerangkap
dalam tubuh yang sudah dinistakan
dengan tubuhnya
saat perjumpaan kita
sekarang...

Menunggu

Merangkai detik berkumpul indah
berdamai dengan waktu
rindu itu gelisah
kupaksakan diam, pasrah..

Temu yang tlah ditunda, menunggu..
tak disatukan dalam nyata, menunggu..
hingga aku menyusul kesana, menunggu..
diberi takdir, untuk menunggu..

Wednesday, November 16, 2011

Buta

Mata jangan kau buta
Cinta Jangan kau buta
Hati jangan kau buta
Pikiran jangan kau buta
Cemburu jangan kau buta

Dari kedua mata yang melihat
Dari cinta yang disemikan
Dari hati yang dinyalakan
Dari pikiran yang dibukakan
Dari cemburu yang telah kendalikan

Itupun mampu dibutakan
Jadi, bagaimana jika memulai dari awal dengan buta ?

Wednesday, November 9, 2011

Catatan Telanjang

Pukul 10 malam,
kita merebahkan tubuh berdua
menaruh beban rindu yang dibawa setelah seminggu tak berjumpa
tubuh dalam balutan hampa
lepas dari busana
menghabisi sisa nafas yang terbakar nafsu

kemudian bunyi telpon selular terdengar
aku lupa dimatikan
dan sudah pasti diabaikan
hingga akhirnya hutang rindu dan nafsu terselesaikan

Dalam sebuah layar telpon selular
terbaca pesan yang terlanjur terbuka
oleh kedua mata tanpa menaruh curiga
sebuah sapaan hangat
sangat manis dari seorang pria
yang langsung melumatkan senyuman dari yang tercinta
berubah menjadi sebuah makian dan bentakkan

Setelah bersumpah tentang kesetiaan
sebuah tamparan membabibuta
melayang berkali-kali dalam tubuh yang masih tak berbusana
tangisan pilu dan teriakan keras
tak mampu mengingatkan memori tentang cinta

Lupa tentang aku, tentang bersama
tentang mimpi berdua
dan meninggalkan kamar tanpa sepatah kata
hanya hentakan keras pada pintu kamar
yang sudah telah terbuka

Aku terhimpit sepi
terlalu kuat hingga sulit bernapas
dalam hitungan menit semua berubah
bagai mimpi
dalam aroma parfummu yang masih melekat di dalam tubuh
tatapan kosong menghadap langit-langit
memintanya tak menghakimi, setelah menjadi saksi
percintaan semalam..

Sebuah catatan..
dari tubuh yang sedang bercerita
biru lebam di setiap sudut paha dan wajah
terbasuh air mata yang tidak mereda
ternyata roda memang berputar
tapi ini terlalu cepat
seperti kiamat!

(Fiksi)


Kita Pernah..

Kita pernah sama-sama menghisap oksigen yang sama
dalam sebuah ciuman

Kita pernah menyatukan keringat dari dua tubuh yang berbeda
dalam sebuah pelukan telanjang

Kita pernah menyatukan mimpi yang sama
untuk sebuah masa depan

Kita pernah membakar habis sebuah khayalan
dalam sebuah perpisahan

Pernah..
Kita tak bisa melupakan..
Tak ada lagi kah sebuah kata dari hati? Ternyata ego yang telah membunuh sampai mati..
-Peri Kamar-
Saat RASA menyabotase pikiran, LOGIKA mulai berantakan..
-Peri Kamar-