Saturday, June 25, 2011

Taro dan Ciwa


Taro dan Ciwa
Sepasang burung pipit yang berkasih
Berkhayal tentang suatu tepat
Dimana gemericik air terdengar berirama
Mengiringi nyanyian cinta yang merekah
Bisa menari diatas sungai yang landai
Atau dahan yang bergoyang-gayang
Teduh tanpa gaduh
Berasmara tanpa terganggu

Taro bertaruh pada Ciwa
Janji lelaki untuk memanja kekasih
Menciptakan khayalan dalam nyata

Taro dan Ciwa mulai mengepakkan sayap
Sayap yang belum terlatih untuk terbang jauh
Kekuatan mengalahkan ketakutan
Tapi awan tak mau bersahabat
Tak mau menahan air hingga perjalanan usai
Dan suara petir pun tajam mengertak

Kibasan sayap mulai melemah
Ciwa menyerah, tetapi Taro tak mau
Dua pipit berselisih paham
Sayap Ciwa pun rapuh, dia terjatuh
Taro tetap terbang dan hanya menatap
Ciwa mengerungkan wajahnya tanda kecewa
Taro tak gentar dan tetap melaju

Ciwa kini tak mampu terbang
Sayapnya tak terobati
Hatinya jauh lebih sekarat
Angan yang dirangkai satu persatu dilepaskan
Mencoba tegar walaupun hanya tipuan

Ciwa kini sendiri, disuatu tempat asing
4 musim telah berlalu, Ciwa belum pernah tersenyum
Tanpa terbang, tanpa nyanyian, tanpa Taro
Kadang berharap ini hanya mimpi
Dan Taro masih memeluknya
Ciwa memang hanya pura-pura tegar
Pada dirinya sendiri dan pada alam yang menyaksikan

Ciwa akhirnya putus asa dan ingin putus kehidupan
Mencari ketinggian untuk melepas nyawa
Memejamkan mata, dalam hitungan ketiga akan diterjunkan
satu...dua...ti.....
Tiba2 tubuhnya melayang
Bukan terjatuh, bukan juga mampu terbang
Tubuhnya tersangga dalam cengkraman yang lain
Cengkramannya lebih besar dan kekar
Mungkinkah dia penolong? Atau kejam?
Ciwa Pasrah
Selama terbang Ciwa menatap tebing gunung hingga debur ombak
"Mau dibawa kemana aku ini?" batin Ciwa
Ada rasa takut yang bergejolak
Akhirnya berakhir disebuah daratan
Dimana ada air terjun, sungai yang landai di hadapannya
Ciwa pun dilepaskan dari cengkraman si pejantan
Dengan memupuk kekuatan Ciwa mencoba menyudai penasarannyaa
Mencoba menatap si jantan tak dikenal
Entah malaikat atau mungkin sang penyabut nyawa
Tubuhnya besar tetapi matanya tetap sama
Itu kekasihnya yang dulu hilang

Ada rasa rindu dan ada juga amarah
Ciwa pun berbalik dan berlari
Taro mengejar dan memeluk dengan rekat
berbisik, "Aku tak bisa menatap kehidupan tanpamu, karna hidupku sudah kugantungan pada khayalan kita. Bertahun-tahun ku mencarimu. Mohon tetaplah disisiku walaupun sementara. Hanya sampai ajal menjemput nyawaku."






2 comments:

  1. Oh ini yang dibikin tadi malem. hmm.

    Itu tuh Taro aku banget lho.

    :p

    ReplyDelete
  2. huuww..maunya nih jd Taro. Iya ini yg dibikin kilat banget :D

    ReplyDelete