Wednesday, July 27, 2011

The Little Eyes

kehidupan, ini apa?
aku kurang mengerti maksud hidup
dunia berputar dan kakiku tetap tegap
aku terkungkung dalam suatu rumah
kata mereka ini keluarga

wanita dalam balutan daster itu menyapaku
mengecup pipiku dengan aroma yang sudah melekat
dalam beberapa menit saja, lalu menghilang
kudapati lagi sudah berbalut pakaian indahnya
dengan wangi yang palsu, bukan dari tubuhnya
"baik-baik Lingga, mama harus berangkat"

lalu bergantian seorang pria yang rambutnya sedikit memutih
langsung menyapa meja makan tanpa menoleh ke arahku
kutatap caranya mengunyah seperti yang tidak nafsu makan
hanya satu gigitan lalu pergi
sebentar dia menatapku lalu pergi berlalu

ya, inilah keluarga
beberapa menit saja kudapati kedua orangtuaku
kadang aku bingung pada buku cerita yang didongengkan
atau keluarga yang kudapati dari cerita guru disekolah
mereka berdusta
keluarga itu hanya aku sebagai pemeran utama, sisanya hanyalah figuran
keluarga ada pada bingkain foto yang dipajang di dinding
dengan ada mereka dan aku ketika lima tahun lalu
saat aku masih baru bisa berjalan
tapi aku masih mendapatinya
keluarga
di akhir pekan, lengkap!

malam menjelang..
suara mesin mobil mulai terdengar
dengan klakson yang bersuara sekali
aku berlari ke ruang tamu
pura-pura sedang bermain disana
padahal untuk mencuri waktu untuk disapa dan diajak berbincang
terkadang mama lupa
kalau sudah masuk kamarnya, lupa mengingat aku
lupa aku menunggunya
makanya aku saja yang mendekat

suara hak sepatu semakin terdengar
langkahnya sedikit cepat
tanpa menghampiriku dia berlari menuju kamarnya
dengan maskara yang berantakan
riasan yang sudah tidak terlihat
air matanya turut berlarian seiring langkahnya
kalau ini namanya apa?
mengapa jantungku berdegup kencang
ada rasa ketakutan tapi aku tidak mengerti
yang jelas merasakan yang tidak biasa
aku takut, tapi kuberanikan diri mendekatinya
tanpa menyapa, hanya menyaksikan
mama menaruh semua baju dalam lemarinya dalam satu koper
mungkin dia ingin berlibur
tapi mengapa menangis?
apakah tempatnya kurang menarik?
"mah, kalau gak mau liburan. mama jangan nangis"
akhirnya kuberanikan bersuara
tangisannya semakin nyaring saat mendengar suaraku
apakah ucapanku menggigitnya?
ya sudah, aku diam..
dengan air mata
dengan kegelisahan
dan dengan ketidakmengertian

mama membawaku yang masih memakai piyama tidur
tak diberi kesempatan untukku mengganti dengan baju yang lebih bagus
di dalam mobil aku hanya diam
diiringi suara tangisan wanita sebelahku aku pun memilih memejamkan mata
tertidur dan membiarkan waktu menenangkanku
membawaku jauh dari saat ini
entah mengapa aku benci sekali saat ini
bencinya, aku tidak mengerti!

sepasang mata ini menjadi saksi
saat detik-detik waktu setelah kejadian malam itu
mama menangis tanpa aku tahu apa yang menyakitinya
dan saat terjaga aku merasa ditempat yang asing
mama bilang ini adalah hotel
esoknya kulihat papa mengetuk keras pintu hotel kami
dan kulihat mama enggan untuk membukanya
aku teriak "mama itu papa!"
suara yang lantang dengan sedikit isakan
mama menyerah dan membukakan pintu baginya
lalu tiba-tiba lelaki yang tegap dan sedikit buncit itu masuk terburu-buru
satu tamparan melayang ke pipi mama yang putih dan licin
"kamu kurang ajar!"
suara itu terdengar garang
matanya seakan serigala yang ingin melahap mangsanya
"maafkan aku pa.. mama khilaf"
tiba-tiba mama bersimpuh
lagi-lagi aku bingung
mengapa mama yang ditampar tapi dia yang bersimpuh minta maaf?
"tidak peduli. kita cerai! kau nikahi saja pria yang sudah kakek-kakek itu!"
suara itu lantang dan sedikit bergetar
apalagi di depan aku yang katanya mereka cintai
tangannya mencekek wanita yang kusebut mama itu
yang biasa mengusapku kalau aku susah tidur
walau itu tidak setiap hari
tetapi pernah, dan aku masih butuh
dan masih sejuta rindu untuk mendapatkannya lagi

AKU LULUS
waktuku melepas seragam putih merah ini
keluarga yang biasanya terpajang di dinding itu sudah berakhir
kelulusanku tanpa keluarga dalam dinding
saat terakhir melihat mama saat jasadnya dituangkan ke dalam tanah merah
dan aku memaksakan untuk ikut kedalamnya
tapi tangan dan tubuhku ditahan
"mama sudah di surga, Lingga"
akupun tidak pernah melihat papaku lagi
kadang rindu
tapi semacam perasaan yang berkecamuk saat ada yang menyebut namanya
seperti mengulang peristiwa di hotel itu
yang terakhir kulihat saat tangannya dibalut borgol
dan aku harus duduk memberi saksi kejadian hari itu
menceritakan hal yang enggan kuingat
perasaanku kala itu "mereka ingin membunuhku, Tuhan!"


aku sendiri sudah mempunyai kesimpulan sendiri tentang keluarga
setelah hari itu, keluarga yang lama hanya pada dinding
dan dinding itu sendiri sudah tak kulihat lagi
ada satu foto yang selalu ada di lemariku
terlihat wajah mereka saat menggendongku ketika bayi
dengan senyuman yang bahagia
satu-satunya yang aku simpan
untuk dijadikan bukti aku pernah punya keluarga







No comments:

Post a Comment